SELAMAT DATANG DI TELINGALEBAR.BLOGSPOT.COM-*PENGAWAL HUKUM DAN PENGAWAS KINERJA APARATUR NEGARA SERTA NKRI HARGA MATI-*

Sabtu, 07 Januari 2012

Dirazia Petugas Gabungan, PKL Pasar Besar Pasuruan Melawan

PASURUAN, EXTREMMEPOINT : - Penertiban terhadap pedagang kaki Lima ( PKL) di Pasar Besar Pasuruan ricuh pasalnya  para  pedagang   menolak untuk ditertibkan oleh petugas gabungan yang terdiri dari Satpol PP, Polres Kota Pasuruan dan Polisi Militer.
        "Kami bukannya menentang petugas mas, kami juga bayar retribusi kenapa kami digusur?  sedangkan lapak-lapak yang malah semi permanen di sana itu kok tidak digusur," terang Mahfud (nama samaran)  Ini sangat tidak adil," lanjutnya lagi
          Ditambahkan juga oleh Mahfud bahwa penertiban ini tidak prosedural, harusnya kami diberi surat peringatan atau surat teguran terlebih dahulu.  Ini kok tiba-tiba mau membongkar dagangan saya,' imbuh Latifah pedagang pisang
          Pantauan Extremmepoint di lapangan sempat terjadi insiden yang juga agak menggelikan.  Beberapa ibu-ibu sempat mengejar petugas polisi PP dengan sebilah pisau pemotong sayur, mengacung-acungkan pisau untuk mengusir petugas yang hendak membongkar dagangannya.
         Sementara itu Kepala operasional Satpol PP kota Pasuruan, Isa Anshori ketika dimintai keterangan mengatakan "Bahwa PKL tersebut telah melanggar aturan karena menggelar dagangan di bahu jalan sehingga memadati tepi area sepanjang jalan Pasar Besar."Jawabnya.
          " Pemerintah Kota Pasuruan tidak pernah melakukan pelarangan terhadap aktivitas PKL, dengan catatan mereka tidak melanggar ketentuan aturan yang ada dan tidak menganggu kepentingan umum.  Penertiban PKL tidak dilakukan dengan serta merta, namun sesuai prosedur yang ada. Kita melakukan dengan pendekatan persuasif.  Karena ini adalah masalah perut, kita tentu tidak boleh menjalankannya secara arogan,:" Tambah  Isa Anshari kepada Extremmepoint.com(Ngh)

Menjelang tahun Baru 2012 Pasuruan Memanas

PASURUAN, EXTREMMEPOINT : - Kematian mbok Wo atau Bu Tayumi janda berumur 50 tahun yang mayatnya ditemukan oleh warga di kebun milik Legiyanto Sabtu 05/11/2011,13.30 hingga kini masih misterius. Kepolisian Sektor Tosari masih menyelidiki kasus ini. Kapolsek Tosari AKP.Sumadji D. mengakui kesulitan karena kurangnya saksi dan bukti, apalagi keluarga korban tidak bersedia untuk dilakukan otopsi terhadap jenazah korban.
              Dugaan perampokan dan pembunuhan terhadap korban karena raibnya kalung seberat 15 gram serta luka pada leher korban yang menyebabkan masyarakat menduga bahwa mbok Tayumi dibunuh oleh seseorang.
Mbok Wo atau ibu Tayumi adalah seorang janda warga dusun Kertanom desa Tosari yang bekerja pada Legiyanto memotong bawang atau sayur dengan upah harian sebesar 15 ribu perhari, dia mempunyai anak semata wayang perempuan bernama Sukartini yg kini sudah berumah tangga dan tinggal di desa Wonokitri. Karena tidak ada keluarga yang harus dinafkahi oleh mbok Wo, dia pun serba kecukupan hidupnya, uangnya banyak dan kalung emas seberat 15 gram pun melilit dilehernya.
              Kematian mbok Wo masih misteri. Kapolsek Tosari kepada wartawan menjelaskan bahwa sudah meminta keterangan kepada sejumlah saksi diantaranya Legiyanto sebagai majikan korban.  Polisi rencananya juga akan memanggil Ngatimun warga Kertoanom padaSenin 24/12/2011,  Namun warga desa Tosaripun kembali gempar, Ngatimun diketemukan tewas pukul 10.30 WIB di kebon dengan keadaan  mengenaskan, mata terbuka dan mulut mengeluarkan darah.
               Anta dan Wandi keduanya ipar korban yang pertama mengetahui jenazah Ngatimun, mereka sengaja menyusul sang kakak karena sudah larut malam kenapa kok belum pulang ke rumah.  Tahu abangnya meninggal Anto bergegas menghubungi perangkat desa setempat.  Lalu warga beserta aparat kepolisian serta mantri puskesmas melakukan evakuasi mayat yang jaraknya 4 km dari perkampungan warga. Subuh jenazah dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan otopsi.  Pukul 15.00 WIB jenazah Ngatimun dikebumikan di makam desa Tosari.Hingga tujuh hari kematian ngatimun belum ada saksi yang dipanggil pihak kepolisian.  Hingga saat ini polisi masih menunggu hasil otopsi dari Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
            Di ruang kerjanya AKP.Sumadji D, Kapolsek Tosari  membenarkan kejadian tersebut dan menjelaskan  bahwa memang kita kesulitan dikarenakan sarana dan prasarana yang ada. Polsek tidak memiliki police line, komputer rusak dan kamera untuk dokumentasipun tidak ada. Ketika disinggung masalah biaya otopsi yang dibebankan kepada warga, kapolsek mengelak bahwa itu tidak benar. "Polisi tidak pernah minta uang untuk biaya otopsi", jelas kapolsek.
              Sejumlah tokoh masyarakat menuntut polisi untuk bekerja secara profesional, polisi harus segera menangkap pelaku kriminal tersebut. Saat ini masyarakat desa Tosari dan masyarakat Tengger lainnya resah dengan kejadian ini. " Kita selalu diliputi rasa was-was dan takut kalau berangkat ke ladang." tutur seorang tokoh mayarakat.(NGH)