SELAMAT DATANG DI TELINGALEBAR.BLOGSPOT.COM-*PENGAWAL HUKUM DAN PENGAWAS KINERJA APARATUR NEGARA SERTA NKRI HARGA MATI-*

Senin, 22 Oktober 2012

Indonesia jadi tuan rumah Kebudayaan Dunia

Nusa Dua, Extremmepoint.com : - Indonesia akan dijadikan sebagai "rumah dunia" bagi pertemuan dan diskusi berbagai isu strategis dalam bidang kebudayaan, khususnya terkait dengan perdamaian, pelestarian, pembangunan dan globalisasi. Terkait dengan hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akhir-akhir ini intensif melakukan dialog kebudayaan guna menjaring aspirasi dan masukan. "Unesco sangat mendukung Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan kebudayaan internasional, karena Indonesia memiliki kebudayaan beragam dan estetika tinggi," ujar Wakil Mendikbud Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti kepada pers, Senin (22/10), di Nusa Dua, Bali, seusai membuka Grand Strategy Meeting (GSM). GSM adalah forum penjaringan aspirasi dan masukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat akademisi dan organisasi kepemudaan dari berbagai bidang seperti ekonomi dan bisnis, media, kepemudaan, gender dan lingkungan. Pertemuan yang sama beberapa hari lalu juga pernah digelar di Ubud, Gianyar-Bali. Hadir sebagai narasumber dalam pertemuan itu tokoh kebudayaan antara lain Jean Couteau, Taufik Rahzen, Heddy shri Ahimsa Putra, Ni Luh Suryani dan I Wayan Ardika. Wiendu Nuryanti menyebutkan, GSM ini merupakan bentuk persiapan khusus dalam rangka penyelenggaraan World 0ulture for Development Forum (WCF) 2013 di Bali. "Kami mulai gencar mendiskusikan aspek strategis dalam pembangunan kebudayaan serta pematangan tema dan sub tema yang diangkat dalam WCF atau Bali Forum 2013," tuturnya. GSM, lanjut Nuryanti, diharapkan menjadi program komunikasi yang baik demi tercapainya pemahaman dan kesadaran masyarakat luas akan pentingnya penyelenggaraan WCF bagi Indonesia maupun dunia," imbuhnya. Dia menyatakan, kearifan lokal perlu makin ditonjolkan karena akan menjadi kekuatan global menyongsong era globalisasi 2015. "Kearifan lokal harus terus diperjuangkan karena menjadi kekuatan global budaya Indonesia," ujarnya. Sementara itu, Ni Luh Ketut Suryani, Psikiater dan penulis buku Kebudayaan mengaku prihatin karena budaya Bali yang merupakan kearifan lokal mulai terpinggirkan, seiring dengan laju pertumbuhan industri pariwisata di Bali. Hal ini, tandas Suryani, ditandai banyaknya bangunan sarana pendukung pariwisata di Bali yang tidak lagi memperhatikan prinsip Tri Hita Karana (THK). "Banyak pembangunan sarana pendukung pariwisata di Bali seperti hotel yang tidak lagi memperhatikan prinsip Tri Hita Karana," tegas Suryani.(Tety)

Penjual Asongan merebak di Krian

EXTREMMEPOINT.COM : - Para Asongan (penjual makanan,minuman dipingir jalan/red) merebak di daerah Krian Sepanjang Sidoarjo sekitarnya baik yang sudah lansia (lanjut usia/red) maupun dibawah umur yang berjualan disepanjang traffic light (lampu setopan/red) dan terkoordinir serta mempunyai “mabes” (Tempat tinggal/red) bagi para Penjual yang berasal dari luar daerah. Minggu, 16.00 WIB (21/10).
Menurut hasil pantauan extremmepoint.com menemukan data dan info bahwa Para Asongan kebanyakan berasal dari Madiun, Mojokerto sekitarnya yang rela berjualan Koran, makanan, minuman isotonic, mineral baik yang dilakukan oleh pria atau wanita setengah baya, ironisnya anak dibawah umurpun ikut serta meramaikan kegiatan tersebut .Kegiatan seperti ini sudah dilakukan berpuluh-puluh tahun yang rumornya sampai dapat sekolahkan anaknya ke perguruan tinggi dan menjadi sarjana akan tetapi orangtuanya masih saja mengeluti kegiatan tersebut.tempat tinggal para penjual sudah disiapkan oleh seorang yang sebelumnya sudah berhasil sampai bias membeli sebuah rumah tepat di samping traffic light (lampu stop/red) dengan dikenai biaya tinggal sebulan Rp 200.000 ,- yang kesemuanya itu ditanggung pembayarannya oleh para penghuni dengan cara patungan per kepala Rp 25.000 ,- dan saat hari raya lebaran para penghuni pulang kampong ke daerah masing-masing ,setelah selesai merayakan bersama keluarga didaerah masing-masing kembali ke tempat tinggalnya semula yaitu “mabes” (tempat tinggal para asongan/red) guna mengkais rejeki untuk dibawah pulang pada bulan ramadhan tahun berikutnya. Ditempat yang sama, extremmepoint.com bertemu salah satu seorang Asongan Pardi (35), warga Guyangan Ganjuk mengatakan, ”Iya mas saya dan keluarga sudah 2 tahun tinggal di tempat kos (mabes) dan setiap harinya mencari rejeki jual minuman mineral,rokok dan makanan kue dari jam 6 pagi sampai habis mahgrib dapat terkumpul Rp 100.000 yang penting halal, mas,” jawabnya. Hal senada juga dikatakan oleh Supai (65),Warga Nglames Madiun,” Saya, istri, mantu serta cucu sudah disini hampir 10 tahun dan kerjaan kami jual boneka, rokok, minuman dingin dan setiap lebaran saya dan keluarga termasuk cucu pulang ke kampung,” jelas Pria Tua berkulit hitam kepada extremmepoint.com. Dia menambahkan, ”Disini yang jualan iya dari umur 12 tahun sampai kakek-kakek dan nenek semuanya lengkap dan masalah operasi dari Satpol PP, Polisi sering tapi kan kami bayar ke mereka jadi iya sampai sekarang aman lancar jaya,” tambah Supai. Minggu 16.00 WIB (21/10). Sampai berita ini ditayangkan, kegiatan asongan yang dilakukan oleh para manula dan anak-anak tetap saja berjalan dan pihak DEPSOS Kabupaten setempat dan aparat terkait terkesan mendiamkan, seharusnya memberikan pembinaan dan pengarahan. (HR/YK)