LINK-UP, EXTREMMEPOINT.COM : - Badan
Perencanaan Penggunaan Lahan atau URA (Urban Redeveloment Authority)
dan pemberi otoritas konservasi negara Singapura mencatat, 1.700 orang
lebih Indonesia memiliki rumah di Singapura.
Banyaknya pembelian ini tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi dalam negeri dimulai segmen menengah ke atas terus tumbuh.
Jenis
hunian yang banyak dibeli orang Indonesia yaitu mulai dari town house
hingga apartemen dan kondominium. Bahkan WNI rela mengeluarkan uang
antara SING$ 1,5 juta-SING$ 5 juta atau maksimal Rp 36 miliar untuk
membeli rumah di Singapura.
Berdasarkan
prediksi McKinsey, orang Indonesia makin getol beli properti Singapura
dengan daya beli pada tahun 2020. Pembeli asing, khususnya Indonesia
kata COO Far East Organization, Chia Boon Kuah siap menopang bisnis
properti Singapura.
"Indonesia
akan menjadi yang terbesar dari pasar WNA. Permintaan dari Indonesia
masih kuat, dan kita harus lihat bagaimana Indonesia dengan kekuatan
ekonomi dan sosial dalam negeri yang tercermin pada daya beli yang
semakin tinggi pada project The Scotts Tower (TST)," katanya pada extremmepoint.com. Rabu (20/06) malam.
Memang
pemerintah Singapura memanjakan WNA dalam memiliki hunian. Hak milik
atas hunian WNA terbuka dengan jangka waktu maksimal 99 tahun.
Meenurut
Tommy William, Deputy General Manager Far East Organization mengatakan,
“Suku bunga disini rendah 1,2% p.a, dan maksimal mencapai 2%,” katanya
Dia
menambahkan, “Warga asing juga dapat menjamin sebesar 70% dari harga
pembelian. Bisa mencapai (tenor KPR) sampai 30 tahun," tambahnya.
Jika
kita bandingkan dengan kondisi Indonesia terkini, bunga KPR (Kredit
Perumahan Rakyat) termurah 6,99% (promo) dengan jangka waktu pinjaman 15
tahun dan BTN (Bank Tabungan Negara) sudah memulai tenor pinjaman
hingga 25 tahun. (LINK-UP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar