SELAMAT DATANG DI TELINGALEBAR.BLOGSPOT.COM-*PENGAWAL HUKUM DAN PENGAWAS KINERJA APARATUR NEGARA SERTA NKRI HARGA MATI-*

Senin, 21 Mei 2012

Budaya Subak Sebagai Warisan Suku Bali

DENPASAR, EXTREMMEPOINT.COM :  - Keputusan badan dunia Unesco yang menetapkan Budaya Subak di Bali sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia akan sangat menguntungkan bagi Bali, karena image Bali akan semakin bersinar. Hal ini akan dapat menjadi pemicu wisatawan mancanegara (wisman) untuk makin banyak berkunjung ke Bali guna melihat Subak.
"Untungnya bagi Bali, image Bali akan semakin bersinar. Wisatawan mancanegara akan makin banyak yang ke Bali untuk melihat subak. Pemda harus siap-siap untuk itu," kata Ketua Grup Riset Sistem Subak, Profesor Wayan Windia, Minggu (20/5), di Denpasar.
Subak adalah organisasi tradisional di Bali yang mengatur tentang sistem pengairan sawah di Bali. Sistem subak ini sudah dikenal petani di Bali sejak puluhan tahun lalu.
Wayan Windia yang juga Ketua Badan Penjaminan Mutu Universitas Udayana (Unud) Denpasar itu merasa sangat gembira dengan adanya penetapan dari Unesco terhadap subak di Bali tersebut. Hal ini karena Windia telah lama menantikan turunnya keputusan Unesco ini. "Sebagai orang yang ikut merancang proposalnya tentu sangat gembira. Keputusan ini kita tunggu sudah 12 tahun," tuturnya.
Dengan adanya penetapan ini Wayan Windia mengharapkan pemda di Bali terbuka pikirannya agar mengayomi subak tersebut untuk menjadi subak abadi. "Subak sebagai warisan budaya Bali ada potensi abadi kalau pemda concern. Selama ini perhatian pemda terhadap subak dan pertanian belum cukup. Terbukti alih fungsi sawah di Bali lebih dari seribu hektare per tahun," paparnya.
Wayan Windia membenarkan secara materi Bali tidak memperoleh apa-apa dengan penetapan ini, karena di dunia sekarang ini ada sekitar 600 warisan budaya dunia. Unesco hanya memberi stempel dan image terhadap budaya subak ini. "Tanggung jawab subak tetap ada pada masyarakat di Bali, sedangkan Unesco hanya memberi stempel dan image," imbuhnya.
Dalam hal ini, menurut Wayan Windia, yang terpenting adalah harus dibuat kondisi agar petani merasa senang dan menguntungkan sebagai petani. Dengan demikian pertanian dan subak di Bali akan tetap abadi.
Sekarang ini, lanjutnya, di Bali ada sekitar 1.599 subak yang kondisinya terpinggirkan. "Subak sekarang seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Hidup segan, mati tak mau," tegasnya. (TETY)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar