SELAMAT DATANG DI TELINGALEBAR.BLOGSPOT.COM-*PENGAWAL HUKUM DAN PENGAWAS KINERJA APARATUR NEGARA SERTA NKRI HARGA MATI-*

Rabu, 12 Oktober 2011

HARGA JAGUNG ANJLOK

Situbondo (EXTREMMEPOINT.com)- Setelah sempat sumringah karena hasil panen melimpah, para petani jagung di Situbondo tampaknya harus kembali mengelus dada. Betapa tidak, beberapa hari terakhir, harga jagung terus semakin anjlok.

Ironisnya, tidak stabilnya harga jagung itu diprediksi akan berlangsung dalam beberapa pekan ke depan. Kondisi itu membuat para petani jagung jadi kelabakan. Sampai-sampai, tidak sedikit petani yang nekat memanen jagungnya lebih awal meski belum saatnya untuk dipanen. Itu dilakukan, semata untuk mengejar harga. Sebab, beberapa pekan ke depan harga jagung dikhawatirkan akan bertambah jeblok.

“Sebenarnya (jagung, red) ini masih kurang kering untuk dipanen. Tapi, saya khawatir harganya makin turun. Makanya, masa panen dipercepat,” kata Hariyadi, salah satu petani asal Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Kamis (6/10).

Beberapa hari terakhir ini, penurunan harga jagung memang terjadi cukup cepat. Beberapa pekan lalu, harga jagung pipilan masih berkisar Rp 2.700 per kilogram. Berikutnya, harga jagung pipilan sempat melonjak hingga Rp 2.900 per kilogramnya. Namun, setelah itu harga jagung pipilan terus merosot. Bahkan, saat ini hanya berkisar Rp 2.200 hingga Rp 2.400 per kilogram.

“Harga jagung gelondongan juga turun, sekarang sekitar Rp 1.300 hingga Rp 1.400 per kilogram,” timpal Hendri, salah satu pedagang jagung di Situbondo.

Ambruknya harga jagung dari tangan petani itu karena saat ini di Situbondo sedang panen raya. Sehingga stok jagung di pasaran jadi cukup melimpah. Kondisi itulah yang dipastikan berdampak pada harga jagung hingga terus merosot. “Selepas masa panen raya ini, harga jagung bisa berangsur normal lagi. Mungkin ya sekitar bulan depan,” imbuh Hendri.

Prediksi tersebut tampaknya memang tidak berlebihan. Sebab, pasca panen raya jagung ini, kebanyakan petani dipastikan bakal kembali ke komoditas padi. Hal itu, jika didasarkan pada musim tanam berikutnya yang sudah memasuki masa penghujan. Sehingga, ketersediaan air dipastikan dapat memenuhi kebutuhan tanaman padi.

“Musim tanam berikutnya pasti padi. Di sini tanaman jagung hanya selama kemarau saja, karena airnya memang terbatas. Kalau sudah musim hujan, ya pasti menanam padi,” tukas Rohadi, petani Kecamatan Panarukan lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar